TANJUNG PALLETTE
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
PANTAI BARA
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Minggu, 10 Desember 2017
Kamis, 07 Desember 2017
CEMPALAGI
CEMPALAGI
adalah sebuah kawasan yang terletak di pesisir Teluk Bone, tepatnya di Desa
Mallari Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan sejauh 14 Km di
sebelah Utara Kota Watampone). Dari arah
Timur, ia nampak seperti Penutup Payudara yang terapung, kemudian di sebelah
Selatan adalah Tanjung Pallette dan di sebelah Utara itulah bukit Cempalagi.
Cempalagi terdiri dua kata yaitu,
CEMPA dan LAGI, (Cempa artinya Asam, dan Lagi artinya Masih Mau). Dengan
demikian Cempalagi bermakna pohon asam
dan buahnya dapat dimakan. Walaupun terasa kecut tetapi selalu membuat ngiler
menimbulkan selera untuk memakannya, dan minta lagi. Dari penuturan masyarakat
setempat, dulu di bukit itu terdapat Pong Cempa (Pohon Asam) yang besar yang sering dijadikan sebagai
tempat perlindungan dikala terjadi perang. Pada saat kekurangan makanan mereka
mengambil buah asam untuk sekadar mengganjal perut. Barangkali inilah yang
mengilhami sehingga tempat ini dinamakan Cempalagi.
Terlepas dari keanehan namanya,
dengan melihat kondisi alamnya, gunung tersebut sebenarnya mempunyai potensi
wisata yang beragam. Potensi wisata tersebut antara lain, wisata bahari/pantai,
dan wisata alam. Karena itu, bukit
Cempalagi tersebut dapat diperhitungkan sebagai aset yang dimiliki oleh
pemerintah Kabupaten Bone di bidang pariwisata.
CEMPALAGI SEBAGAI WISATA SEJARAH
Cempalagi
tidak lepas dari bagian rangkaian sejarah Bone yang panjang. Di gunung itulah Raja Bone ke-15 Arung
Palakka mengucapkan sumpah janji untuk
membebaskan rakyatnya dari ketertindasan sebelum melakukan rangkaian perjalanan
panjang ke kerajaan Buton untuk selanjutnya ke Batavia dan ke Pariaman
Sumatera. Hal itu terjadi pada abad ke-17 ketika pasukan Kerajaan Gowa mengejar
Arung Palakka dan pengikutnya.
Yang menarik bukit Cempalagi ini
bukan hanya aspek cerita , melainkan adanya beberapa ‘ Prasasti ’ yang dapat
disaksikan sampai saat ini. Ketika Arung Palkka mencapai puncak " kemurkaannya" dengan kesaktian
sebagai seorang raja Ia mencakar " MAKKAREBBE " (Mencakar), menghentakkan
tumitnya dengan kuat ( MATTUDDU') dan bersumpah (MATTANRO) untuk membebaskan
rakyat Bone dari belenggu penjajahan Goa pada suatu ketika nanti, Tellabu Essoe
ri Tengnga Bitarae.
Ketiga hal yang dilakukan oleh
Arung Palakka ini melahirkan TIGA PRASASTI yang masih bisa dilihat sampai
sekarang, antara lain:
Akkarebbeseng (Bekas Cakaran
Tangan) pada dinding gua;
Attuddukeng (Bekas hentakkan
kaki/tumit) di atas batu yang terletak di bibir pantai;
Assingkerukeng (Simpul) melambangkan sumpah
untuk membebaskan rakyatnya dari segala ketertindasan dibuktikan dengan simpul
(singkeru) Karena dalam tradisi orang Bugis keseriusan sumpah biasanya
dilambangkan dengan simpul mati. Maka dari itu prasasti tersebut dikenal dengan
nama Assingkerukeng.
Bagi masyarakat di sekitar
kawasan tersebut pasti mengenal betul di mana ketiga prasasti itu berada.
Akkarebbeseng (bekas cakaran tangan) ditemukan pada batu di dinding gua sebelah
kiri ketika turun sebelum mencapai sumur. Bagi masyarakat setempat gua tersebut
disebut Liang Laungnge (gua lama yang
alam). Dikatakan demikian karena gua tersebut merupakan gua pertama diantara
gua yang sering dikunjungi sebagai tempat rekreasi.
Assingkerukeng (simpul)
diketemukan di sebuah gua di sebelah Utara gunung (bibir pantai). Uniknya yang
disebut sebagai Assingkerukeng itu merupakan batu yang bentuknya lain dari pada
yang lain. Sampai saat ini tempat tersebut dikeramatkan oleh penduduk setempat
dan banyak dikunjungi orang memberikan sesajen untuk melepas nazar. Layaknya di
tempat keramat lainnya, ditempat ini harus menjaga sikap untuk menghindari
kualat mahluk ghaib yang menghuninya.
ATTUDDUKENG (Bekas hentakkan
kaki/tumit) terletak di kaki bukit sebelah Timur sekitar 600 meter dari tempat
Assingkerukeng yang tertera diatas lempengan sebuah batu berupa lubang yang
berukuran kira-kira 38 Cm. Sebenarnya tempat itu merupakan bagian dari laut.
Maka dari itu ia hanya kelihatan saat pasang sedang surut. Unniknya, meskipun
berada di bagian laut, mata air yang menggelembung dari bawah dijadikan sebagai
sumber air tawar oleh penduduk setempat pada musim kemarau.
Sebenarnya bila dilihat fisiknya
sekarang, mungkin sulit dipercaya bahwa lubang tersebut sebagai bekas kaki
Arung Palakka karena terlalu besar untuk ukuran kaki manusia. Akan tetapi boleh
jadi keunikan itulah sehingga diperlebar oleh masyarakat setempat demi memenuhi
kebutuhan akan air tawar pada waktu-waktu tertentu. Atau boleh jadi ukuran kaki
Arung Palakka memang melebihi ukuran kaki orang lain pada umumnya.
CEMPALAGI SEBAGAI WISATA PANTAI
BAHARI
Pesona
Cempalagi sebagai ajang rekreasi bukan hanya sebatas paparan di atas. Letaknya
di pesisir Teluk Bone sebenarnya kemungkinan menjadi objek wisata pantai dan
wisata bahari. Sebagai pantai, Cempalagi menjanjikan panorama yang elok. Dipagi
hari yang cerah, orang dapat menyaksikan bagaimana sang surya perlahan
menampakkan diri dari persembunyiannya. Ia bagaikan muncul diantar gelombang
laut yang saling berkejaran. Dengan rona kemerahan menyinari ribuan Raukkaju (
pohon )disepanjang bukit Cempalagi yang masih perawan itu, embusan angin laut,
perahu nelayan saling berkejaran, burung laut yang sedang asyik main
kucing-kucingan dengan mangsanya, kondisi masyarakat yang masih bersahaja,
semuanya berpadu menggambarkan orginalitas mahluk Tuhan.
Dengan embusan angin laut dan
keindahan pantai yang membentang sekitar 4 Km, pengunjung dapat menikmati
beberapa kegiatan rekreatif baik dikala pasang surut maupun dikala sedang
pasang naik. Dikala pasang sedang surut orang dapat menyusur pantai sambil
mencari kerang laut dan kepiting, dan makan nasi sambil menguliti tiram mentah
(Iya Nyameng). Dikala pasang sedang naik, orang dapat menikmati bagaiman
berenang di laut lepas karena pantainya landai, berlayar, bahkan dapat
dijadikan sebagai arena beberapa cabang olahraga yang dilombakan diberbagai
event seperti dayung, layar, ski air, dan lain-lainnya. Namun, sayang fasilitas
seperti itu belum tersedia.
Selain itu dikejauhan sekitar 1,5 Mil dari pantai
terdapat apa yang oleh penduduk setempat disebut Bone ( Bone artinya Pasir).
Berupa pasir putih seluas 2,5 kilometer persegi. Tempat ini juga hanya
kelihatan ketika pasang. Untuk mencapai tempat ini dapat ditempuh 1 jam dengan
menggunakan Speed Boat jika berangkat
dari Cempalagi. Dan saat-saat tertentu masyarakat setempat biasa menjadikan
tempat ini sebagai ajang pemburuan ikan. Karena ketika pesang sedang surut,
banyak ikan yang terjebak digenangan air yang dikelilingi oleh tumpukan pasir.
Ketika pasang sedang naik, air di kawasan ini jernih maka dari itu, cocok untuk
dikembagkan menjadi taman laut untuk keperluan wisata bahari yang menjanjikan
pemandangan antara lain ikan, makhluk laut lainnya.
CEMPALAGI SEBAGAI WISATA ALAM
Objek wisata
lainnya adalah sebuah gua yang letaknya di bagian tengah bukit Cempalagi. Bagi
penduduk setempat gua tersebut disebut sebagai Liang Baru’e (gua yang baru).
Sebelumnya gua tersebut tidak banyak dikunjungi orang. Penduduk setempat hanya
masuk dengan keperluan mengumpulkan kotoran kelelawar yang bisa digunakan
sebagai pupuk kandang. Belum ada yang mengetahui dengan pasti ukuran gua
tersebut. Hal itu karena banyaknya lorong yang belum dijangkau. Lorong yang
sering dilalui memerlukan waktu 2 jam perjalanan untuk sampai pintu belakang
yang menghadap ke laut. Itupun hanya dilakukan dengan bantuan lampu
petromaks-strongking sebab keadaannya yang demikian gelap, banyaknya lorong,
sesekali ada tebing dan jurang yang terjal sehingga sangat riskan ditelusuri
dengan bantuan obor apalagi tanpa alat penerang sama sekali. Bahkan tanpa
bantuan jasa panduduk pengunjung dapat
tersesat pada lorong-lorong yang berupa lingkaran setan penuh hantu.
Selain sebagai objek petualangan
menarik, objek yang dijanjikan adalah antara lain rembesan air dari atas
menembus atap goa kemudian membeku membentuk bebatuan yang baragam, kesejukan
berada di dalam perut bumi, bagaimana tetesan air dari akar pepohonan,
romantika bagi mereka yang sedang bercinta dan lain-lainnya. Pokoknya tanpa
disadari pengunjung akan larut dalam renungan, melakukan tadabbur (perenungan)
alam secara refleks yang berujung pada ungkapan betapa kuasa pencipta semua ini
dan ungkapan kekaguman yang lain. Tidak akan ada pengunjung yang pulang dalam
keadaan hampa tanpa kesan.
CEMPALAGI SEBAGAI POTENSI
TERABAIKAN
Panorama bukit
Cempalagi yang dipresentasikan di atas semuanya merupakan hidangan alam karunia
Ilahi. Kurangnya kreativitas penduduk dan perhatian pemerintah setempat
sehingga keindahan- keindahan itu masih dapat dinikmati pengujung secara
gratis. Penduduk setempat pun lazimnya tidak mendapatkan imbalan apa-apa ketika
dimanfaatkan sebagai Pemandu. Maklum, wawasan mereka yang masih sangat terbatas
sehingga tidak mengenal nilai jual jasa pelayanannya sendiri secara
professional. Padahal seandainya kreativitas itu ada, objek tersebut dapat
dijadikan sebagai Ladang Mengais Recehan bahkan Dollar untuk menambah income
penduduk dan pendapatan daerah kabupaten Bone. Tentunya dengan memanfaatkan
nilai komersial yang dimiliki secara professional.
CEMPALAGI, PENGEMBANGAN DAN
PEMBERDAYAAN
Sudah saatnya Pemerintah
Kabupaten Bone memikirkan pengembangan dan pemberdayaan potensi bukit Cempalagi
ini. Pengembangan dan pemberdayaan potensi yang dimaksud dapat dilakukan dengan
dua hal, antara lain :
Pantai yang
memanjang sekitar 4 Km ini tidak produktif dan dapat dikatakan masih perawan.
Ia ditumbuhi pohon dan semak belukar secara liar diantara bebatuan yang
bergerigi. Maka dari itu untuk mengadakan penataan, semak belukar ini sebaiknya ditebangi digantikan
dengan tanaman hias atau tanaman produktif lainnya. Pohon yang besar
dipertahankan dan dirapikan untuk keperluan berteduh. Selain itu, bagaimana
batu gunung yang besar dapat dilicinkan/ditata untuk keperluan duduk
bersantai/rileks. Tumbuhan yang mengalami pandangan kelautan lepas dibersihkan,
tentunya dengan memperhatikan kemungkinan terjadinya longsor atau kelestarian
alam.
Pembangunan sarana artinya fasilitas yang
dibutuhkan dan yang dapat menarik minat wisatawan lokal bahkan wisatawan
mancanegara semestinya diadakan.
Membangun jalan setapak dan saum (tempat istirahat) disepanjang pantai,
akan memperindah suasana. Kemudian membangun jerambah atau anjungan kelaut
sekitar 300-500 meter yang dilengkapi dengan terminal pemancingan, membuat
warung apung yang menawarkan es kelapa muda (kaluku lolo), juice buah lontar
(bota), dan soft drink lainnya, serta makanan khas lainnya seperti ikan bakar,
lawa bale, kepiting, cumi-cumi,dan sari laut lainnya, apalagi kalau dilengkapi
dengan fasilitas penginapan untuk menikmati angin laut pada malam hari,
penyewaan bagang dan lain-lain, pengadaan fasilitas olah raga pantai seperti
perahu dayung, jet ski, ski air dan lain-lain sungguh akan mengangkat kawasan
itu sebagai objek yang menarik dimata wisata.
Untuk
mewujudkan gagasan ini mungkin akan ditemui beberapa kendala seperti sikap
masyarakat setempat yang masih sangat bersahaja dan wawasan sempit. Oleh karena
itu pihak pengembang (sekiranya ada) akan berhadapan dengan prinsip masyarakat
yang menganggap pariwisata akan menambah intensitas maksiat di daerahnya.
Kemudian,
meskipun lahan-lahan dipantai itu tidak produktif bukan berarti bahwa tidak ada
pemiliknya. Mereka mengklaim sebagai warisan dari pendahulunya meskipun mungkin
tanpa akta/sertifikat kepemilikan. Namun, kedua kendala ini tentunya dapat
selesai dengan pendekatan yang tepat dari pihak pemerintah dan pengembang tanpa
pernah merugikan warga.
Kendala
lainnya adalah tempat ini belum terjangkau aliran listrik dan jauh dari sumber
air tawar. Namun kendala ini tidak begitu sulit diatasi sebab sekitar 400 meter
dari tempat tersebut sudah terjangkau jaringan Listrik dari Kota Watampone,
sedangkan air tawar selain mengandalkan mata air " Attuddukengnge "
yang muncul ketika pasang sedang surut, sumur yang ada didalam gua dapat diberdayakan
dengan pengadaan mesin pompa air atau mengadakan pengeboran.
Untuk
mengetahui prospek potensi wisata ini lebih jauh, pihak Pemerintah Daerah
Kabupaten Bone dalam hal ini Dinas
Pariwisata sebaiknya mengadakan studi kelayakan dan analisis yang cermat. Yakin
bahwa dengan mengadakan studi kelayakan lebih lanjut akan muncul banyak ide dan
gagasan untuk memberdayakan kawasan ini, sebab apa yang diutarakan dan ditulis
ini hanyalah sebagian kecil dari Pesona Alam Cempalagi yang dapat disaksikan
secara selintas dan tanpa pengkajian yang cermat.
Akhirnya,
dengan harapan semoga pihak yang berkompeten Dinas Pariwisata untuk melakukan
sesuatu yang terbaik yakni bagaiaman memberdayakan dan mengelola bukit Cempalagi yang memiliki potensi, baik
sejarah unik maupun panorma yang memukau menjadi objek wisata di Kabupaten
Bone.
Senin, 04 Desember 2017
BENDUNGAN PONRE-PONRE
Bendungan Ponre-ponre terletak di Desa
Tompobulu Kecamatan Libureng Kabupaten Bone Sulawesi Selatan, Jika kita
start dari Pusat Kota Palattae, daerah yang kita lewati yaitu daerah Carima,
Cenranae, Batu Taneng, Toli-toli, Palakka, Sanrego, Tompong Patu, Tinco, Desa
Mario, kemudian memasuki desa Ponre–Ponre kecamatan Libureng kabupaten Bone
Selatan.
Sepanjang perjalanan menuju bendungan
kita disuguhkan dengan berbagai pemandangan yang begitu indah, diantaranya
yaitu hamparan persawahan dan berbagai kegiatan masyarakat yang tinggal di
sekitar bendungan, selain itu beberapa kilometer sebelum memasuki Bendungan
Ponre–Ponre, kita juga bisa menikmati pemandangan alam, keindahan–keindahan
gunung dan bebukitan yang begitu indah dan asri. Dan tentu saja
kalau kita datang ke sini pagi hari, maka bendungan Ponre-Ponre ini masih
diselimuti kabut.
Bendungan yang menghabiskan dana
kira-kira Rp. 91 milyar dalam pembangunan ini sudah diresmikan oleh bapak
Presiden RI pada tanggal 12 Maret 2009 lalu. Bendungan dengan jenis urugan
batu dengan lapis permukaan beton (Concrete Faced Rockfill Dam) ini dibangun
selama 34 bulan dan merupakan bagian dari Loan JBIC IP-509 (DISMP). Bendungan
ini difungsikan sebagai sumber air untuk meningkatkan sawah tadah hujan menjadi
sawah irigasi, dengan daerah irigasi yang mampu di aliri seluas 4.411 Ha.
Selain fungsi utamanya mengairi sawah,
pada musim liburan bendungan ini juga berfungsi sebagai tempat wisata bagi
warga yang tinggal disekitar bendungan. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan
bersama keluarga disana seperti, berenang, memancing ataupun hanya untuk
sekedar bersantai-santai.
Sepertinya memancing menjadi pilihan
favorit warga saat berkunjung ke bendungan Ponre-Ponre, pasalnya setiap akhir
pekan tidak sedikit warga yang datang kesini dengan membawa kail pancing. Bukan
hanya pria dewasa saja tetapi dari segala umur bahkan perempuan pun ikut
menikmati asyiknya mancing di bendungan ini.
Penduduk yang tinggal disekitar
bendungan Ponre-Ponre hampir setiap hari pergi ke sana untuk memancing, dan
kalau mereka ke sana biasanya mereka akan membawa bekal berupa nasi, panci, dan
bumbu-bumbu ikan. Karena ikan hasil tangkapan mereka langsung di masak di
lokasi kemudian menyantapnya sambil menikmati angin sore hari, tetapi ada juga
yang hasil pancingannya di bawa pulang ke rumah
Tidak jauh dari bendungan terdapat juga
jembatan yang bisa terlihat dari bendungan. Di sepanjang perjalanan ke jembatan
tersebut, ada beberapa rumah warga yang sangat strategis karena mengarah ke
bendungan sehingga banyak warga yang sengaja membangun rumah sederhana yang
dapat disewakan sebagai tempat untuk beristirahat, seperti Vila atau Wisma.
Jadi kalau jalan-jalan ke Sulawesi
Selatan jangan lupa kunjungi juga bendungan Ponre-Ponre dan nikmati mancing
gratis dengan nuansa pemandangan alam yang indah diantara pegunungan.
Langganan:
Postingan (Atom)